oleh Pacar Merah Tl pada 28 Juni 2011 jam 16:12
Sebuah Catatan Kecil tentang Sejarah
Peristiwa-peristiwa, demikian Braudel, adalah debu; mereka nampak dalam sejarah seperti kunang-kunang. Baru lahir, sebentar lagi hilang dalam kegelapan, dan sering dilupakan untuk selamanya.
Usai membaca tulisan kamerad Akara, Jose Marti ho Cuba (Kla'ak, 16/05/08), saya terkesan dengan cara orang Kuba merawat sejarah dan pahlawan-pahlawan yang mengkreasi sejarah itu. Di kuba, mengikuti cerita Akara dari pengalamannya melawat Kuba pada 2002, kita tidak hanya mendapati nama-nama pahlawan nasional pada nama jalan atau tempat-tempat umum lainnya, tetapi, di sana, di setiap suco (mungkin setingkat desa), masing-masing mendirikan monumen peringatan untuk mengenang pahlawan-pahlawan daerah itu. Namun bukan fakta itu yang mengesankan, tetapi di Kuba sejarah diajarkan dengan rapi. Itu yang mengesankan.
Di Kuba, sejak taman kanak-kanak, orang lebih dahulu dikenalkan pada sejarah daerahnya/lokal, baru mempelajari sejarah nasional, kemudian beranjak menyimak sejarah negeri-negeri lain (dunia). Dan, yang lebih penting lagi, juga sejak dini pengajaran sejarah diseriuskan pada sejarah kolonialisme dan imperialisme. Ini memberikan konteks yang memadai bagi generasi-generasi baru Kuba untuk bisa memahami nilai kepahlawanan mereka yang namanya terpatri pada nama jalan, atau yang terpahat di monumen-monumen itu.
Saya membayangkan, bila saya sedang berdiri di sudut sebuah kota di Kuba, dan tercengang memandang patung seorang pahlawan entah siapa yang sedang menunggang kuda, barang kali seorang anak sekolah dasar yang kebetulan lewat di situ, dengan fasih tidak hanya menerangkan riwayat sang "patung", tetapi juga konteks sejarahnya, yang membuat saya mengerti nilai kesejarahan sang "patung". Begitulah barangkali setiap orang Kuba bisa dengan mudah melakukan rekonstruksi sejarah yang mengagumkan.
Imajinasi itu semakin membuat saya takjub kepada Kuba, yang merawat sejarahnya dengan rapi. Namun, bila menimbang Jules Michelet, sejarawan Prancis yang mendaku dirinya sejarawan revolusi Prancis itu, ada yang lebih dalam dari itu: keadilan! Sebab, bagi Michelet, sejarah adalah keadilan. Keadilan bagi nyawa-nyawa yang menggulirkan roda sejarah. Karena merawat sejarah berarti merawat 'barang kecil peninggalan sebagai pengingat.
"Memang, setiap orang mati," tulis Michelet, "meninggalkan suatu barang kecil pengingatnya, ... dan dia memohon supaya itu dipelihara dengan baik. Dan kalau dia tiada lagi teman, tugas pemeliharaan ini harus dipenuhi oleh keadilan. Karena ...sang keadilan lebih bisa dipercaya daripada tangisan kita yang cepat kering, kerinduan kita yang cepat lupa. Keadilan itu adalah sejarah."[i]
Mungkin di Kuba, mereka telah bertindak seturut ketulusan hati Michelet, "kepada banyak orang mati yang terlalu cepat dilupakan, ... saya telah mengangkat mereka dari kuburan untuk kehidupan yang kedua. ... Sehingga sekarang mereka hidup dengan kita, ... satu pemukiman bersama antara orang yang hidup dan orang yang telah mati."
Bila imajinasi saya tidak berlebihan, orang Kuba barangkali, seperti istilah Michelet, tinggal dalam satu pemukiman bersama antara orang yang hidup dan orang yang telah mati, dengan meniupkan kehidupan kepada monumen-monumen itu dengan kesadaran sejarah mereka.
Lepas dari imajinasi saya yang berlebihan, atau masa bodoh saya akan dimensi politik (politik sejarah) di Kuba, toh catatan ini hanya mau mengingatkan pada kengerian kunang-kunang Fernand Braudel, yang juga sejarawan Prancis itu. "Peristiwa-peristiwa, demikian Braudel, adalah adalah debu; mereka nampak dalam sejarah seperti kunang-kunang. Baru lahir, sebentar lagi hilang dalam kegelapan, dan sering dilupakan untuk selamanya."[ii]
Sekarang, tertinggal pertanyaan untuk kita, Timor Leste, yang belum lagi merdeka berpuluh-puluh tahun. Merawat sejarah, merawat keadilan, ataukah menjadi bangsa yang mengidap amnesia sejarah? Sebab, peristiwa-peristiwa adalah debu....
Catatan
[i] Kutipan tentang Michelet diambil dari Ben Anderson. 2008. Imagined Communities. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Hal, 301-302.
[ii] Imagined, hal. 315
Komentar
Posting Komentar